14 Tahun Berlalu - Apa yang Kita Pelajari dari Tsunami Boxing Day?

Hari ini menandai 14 tahun sejak bencana tsunami saat Boxing Day, yang menewaskan 230.000 orang. Tetapi masih banyak pertanyaan bermunculan tentang kesesuaian sistem peringatan tsunami di Indonesia.

A jumble of rubble from buildings and cars after the tsunami

The death toll is expected to rise after a tsunami struck eastern Indonesia without warning. Source: AAP

Sementara jumlah korban tewas akibat tsunami terkini yang terjadi di Indonesia mencapai 400 dan penyelamat berusaha sekuat tenaga mencari diantara puing-puing untuk mencari ratusan orang yang masih hilang, hari ini menandai peringatan 14 tahun terjadinya tsunami Boxing Day 2004 yang menghancurkan.

Pada Boxing Day 14 tahun yang lalu, dunia mengalami apa yang diyakini sebagai tsunami paling mematikan dalam sejarah, dengan hampir 230.000 orang tewas di seluruh Indonesia, Sri Lanka, India, Maladewa, Thailand, Myanmar, Malaysia, Somalia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh dan Kenya.

Mayoritas korban tewas ada di Indonesia, dengan 167.540 orang terdaftar tewas atau hilang serta 26 warga Australia tewas, hampir semuanya di Thailand. Menurut Pusat Pengetahuan Ketahanan Bencana Australia, total biaya kerusakan di kawasan ini diperkirakan sebesar 10 miliar dolar AS ($AUD 14 miliar).

Bagaimana bencana ini terjadi

Pukul 7.59 pagi waktu setempat, gempa berkekuatan 9,1 melanda pantai Sumatra di Indonesia - gempa itu merupakan gempa bumi terkuat ketiga yang tercatat di dunia sejak 1900.

Gempa dipicu ketika 30 km di bawah dasar laut, bentangan lempeng tektonik Samudera Hindia sepanjang 1200 kilometer terdorong hingga 20 meter di bawah lempeng Burma, menaikkan dasar laut beberapa meter dan menggeser 30 kilometer kubik air.

Dalam 20 menit, tsunami mencapai Sumatra dan Kepulauan Nicobar di Indonesia, dengan gelombang hingga 30m tercatat di wilayah Aceh. Gelombang itu memakan waktu sekitar dua jam untuk mencapai Thailand dan Sri Lanka, serta tiga jam untuk mencapai Maladewa.

Apa yang telah berubah sejak saat itu?

Pada tahun 2004, wilayah tersebut tidak memiliki sistem peringatan tsunami Samudra Hindia yang terkoordinasi dan kesadaran akan tsunami - serta cara mengatasinya - relatif rendah.

Sejak itu, kesadaran dan infrastruktur telah meningkat, tetapi beberapa pengguna media sosial menggunakan peringatan dan tragedi baru-baru ini guna menunjukkan masalah yang berkelanjutan terkait sistem peringatan tsunami Indonesia.
Demolished homes seen from a rescue helicopter after a tsunami hit the Sunda Strait, in Banten, Indonesia.
Demolished homes seen from a rescue helicopter after a tsunami hit the Sunda Strait, in Banten, Indonesia. Source: AAP
Setelah bencana pada tahun 2004, jaringan sensor dasar laut, gelombang suara yang sarat data, serta kabel serat optik direncanakan untuk dikembangkan menggunakan bantuan senilai 3 juta dolar dari US National Science Foundation.

Tetapi karena dugaan "perselisihan antar-lembaga" dan perselisihan tentang pendanaan, proyek itu belum bergerak lebih jauh dari tahap prototipe dan belum akan direalisasikan.

Sistem peringatan Indonesia saat ini terdiri dari sensor dasar laut yang mampu mendeteksi perubahan tekanan yang dapat mengindikasikan adanya tsunami dan sejumlah pelampung yang menerima data dan mengirimkannya ke satelit.

Tetapi gempa bumi di dekat Sumatra pada tahun 2016 mengungkap bahwa ke-22 pelampung ini tidak berfungsi dan belum pernah berfungs sejak tahun 2012.

Bagaimana selanjutnya?

Setelah tragedi hari Sabtu, Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) negara itu untuk mengembangkan sistem "yang dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat."

Tetapi para ahli mengatakan bahwa, tidak seperti tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi, hanya sedikit yang bisa dilakukan tepat pada waktunya untuk mengingatkan orang-orang bahwa gelombang datang.

Kepala humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia Sutopo Purwo Nugroho menuliskan di Twitter pada hari Sabtu bahwa meski negara tersebut saat ini tidak dapat mendeteksi tsunami yang disebabkan oleh tanah longsor bawah laut dan juga letusan gunung berapi, sistem peringatan gempa bumi ini "berjalan dengan baik".
Baca selengkapnya .

Share
Published 26 December 2018 8:28pm
Source: SBS News


Share this with family and friends