Indonesia Longgarkan Pembatasan Virus Corona meski Ada Peringatan Gelombang Berikutnya

Pemerintah Indonesia telah banyak dikritik terkait penanganan pandemi dan kebijakan, yangmana menurut para kritikus lebih mengutamakan kepentingan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara itu daripada kesehatan masyarakatnya.

Customers dine at a restaurant in Lhokseumawe, Aceh, as small shops, street-side restaurants and some shopping malls reopened in coronavirus-battered Indonesia.

The Indonesian government has loosened a three-week shutdown despite warnings it could unleash another COVID-19 wave. Source: AFP

Pada hari Senin, toko-toko kecil, tempat makan pinggir jalan dan beberapa pusat perbelanjaan kembali dibuka di Indonesia yang diserang virus corona setelah pemerintah melonggarkan penutupan meskipun ada peringatan bahwa hal ini dapat memicu gelombang COVID-19 berikutnya.

Presiden Joko Widodo mengatakan pada hari Minggu bahwa kuncitara (penguncian sementara/lockdown) sebagian yang diberlakukan pada awal Juli akan berlanjut hingga 2 Agustus bahkan ketika varian Delta yang sangat menular menyerang negara kepulauan yang luas itu, yang telah mengalahkan India dan Brasil dan menjadi pusat pandemi global.
Namun pembatasan pada tempat usaha kecil, termasuk pasar tradisional dan warung, dilonggarkan bahkan di daerah yang paling parah terkena dampaknya.

"Kami kembali buka untuk makan di tempat," kata Syaifurrohman, seorang pemilik tempat makan hidangan laut kepada AFP.

"Saya berharap Jakarta cepat pulih karena tempat yang sibuk ini adalah tempat kami mencari nafkah."

Pusat perbelanjaan dan masjid di daerah yang tidak terlalu terdampak di negara mayoritas Muslim itu juga mendapat lampu hijau untuk membuka pintu mereka dengan membatasi jumlah pengunjung dan memperpendek jam buka.

Kantor-kantor masih di bawah perintah penutupan, meskipun ada laporan tentang pengusaha yang melanggar aturan kuncitara.

Rekor jumlah kematian

Puluhan juta orang hidup dari pendapatan harian di negara berpenduduk sekitar 270 juta ini, membuat kuncitara ketat yang dilakukan di beberapa negara hampir mustahil dilakukan di Indonesia.

Tetapi pemerintah Jokowi telah secara luas dikritik terkait penanganan pandemi dan kebijakan yang menurut para kritikus lebih memprioritaskan kepentingan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu daripada kesehatan masyarakatnya.

Pengumuman pemerintah pada hari Minggu disampaikan hanya beberapa hari setelah Indonesia mencatat rekor angka kematian dalam 24 jam sebanyak 1.566, dan ketika Organisasi Kesehatan Dunia meminta negara itu untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.
COVID-19 victims cremation in Indonesia
Indonesia has become the new epicentre of COVID-19 in Asia with 3 million recorded cases and more than 80,000 death since the beginning of the pandemic. Source: Anadolu
Jokowi menyebut penurunan jumlah infeksi harian dan tingkat hunian rumah sakit sebagai pembenaran untuk pelonggaran tersebut.

Tingkat kasus resmi memang turun, tetapi tingkat pengujian juga turun sementara jumlah hasil positif tetap tinggi - menunjukkan virus masih menyebar dengan cepat.

Varian Delta telah terdeteksi di sekitar selusin wilayah di luar Jakarta yang sangat terdampak, Jawa dan Bali yang padat penduduk, dimana rumah sakit telah penuh dengan pasien COVID.

Pihak berwenang di pulau liburan itu memperingatkan bahwa pasokan oksigen hampir habis.
Papua yang miskin - didera oleh perang selama puluhan tahun antara pasukan pemerintah dan pemberontak yang mencari kemerdekaan - juga membunyikan alarmnya ketika sistem perawatan kesehatan yang kurang berkembang mencapai titik jenuhnya.

Wilayah yang bergolak, yang berada di sebelah Papua Nugini yang merdeka, mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengunci perbatasan laut, udara, dan daratnya mulai Agustus.

Tingkat vaksinasi di Indonesia masih jauh di bawah target pemerintah yang sebanyak satu juta per hari untuk bulan Juli dan hanya sekitar enam persen dari populasi yang telah diinokulasi sepenuhnya.

Negara ini telah melaporkan lebih dari 3,1 juta kasus dan 83.000 kematian sejak pandemi dimulai, tetapi angka resmi itu secara luas diyakini terlalu rendah karena tingkat pengujian dan penelusuran yang rendah.

Share
Published 27 July 2021 11:08am
Source: AFP, SBS


Share this with family and friends