Raja Willem Minta Maaf atas Kekerasan Belanda di Masa Lalu

Raja Belanda Willem Alexander melontarkan permintaan maaf atas kekerasan yang dilakukan leluhurnya di masa penjajahan lalu. Willem juga meminta maaf karena Belanda tetap melakukan agresi militer setelah Indonesia merdeka.

King Willem of Netherland and Indonesian President Jokowi

Кралот на Холандија, Вилем-Александер и индонезискиот претседател Јокови. Во 2020 кралот се извини во Индонезија за прекумерното насилство за време на холандската колонијална власт. Source: Antara Foto/SigidKurniawan via REUTERS

Pada hari pertama kunjungannya ke Indonesia, dalam pidatonya di Istana Bogor, Raja Belanda Willem-Alexander yang didampingi Ratu Maxima, menyampaikan permohonan maafnya pada Indonesia atas kekerasan yang terjadi di masa lalu

"Masa lalu tidak dapat dihapus dan harus diakui setiap generasi secara bergantian. Pada tahun-tahun segera setelah Proklamasi, pemisahan yang menyakitkan terjadi yang menelan banyak korban jiwa," kata Raja Belanda pada konferensi pers di Istana Bogor, Selasa (10/3/2020). 

Selain itu, Willem mengatakan, Pemerintah Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia secara politik dan moral sejak tahun 2005.  Pengakuan itu ditandai dengan kunjungan pertama Pemerintah Belanda dengan diwakili Menteri Luar Negeri Belanda saat itu, Bernard Bot.

Selama kunjungannya selama empat hari, raja dan istrinya Ratu Maxima mengunjungi ibukota kuno Yogyakarta dan Taman Nasional Sebangau di provinsi Kalimantan Tengah di Kalimantan.
Dalam pidatonya, Raja Willem mengungkapkan bahwa Belanda membutuhkan Indonesia, terlebih atas posisi Indonesia sebagai anggota G20 dan anggota terkemuka ASEAN.  Hal ini menjadi kekuatan untuk keamanan dan stabilitas di Asia Tenggara.  Ditambah lagi, Indonesia saat ini menjadi anggota Dewan Keamanan PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia.

"Sebagai demokrasi terbesar ketiga di dunia dan salah satu ekonomi terbesar di Asia, Anda memainkan peran utama, misalnya, dalam upaya bersama untuk melindungi dan mempromosikan tatanan internasional berbasis aturan," paparnya.

Raja Willem juga mengajak hubungan kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia, terlebih untuk memupuk perdamaian, keadilan dan perlindungan minoritas berdasarkan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial.

"Kami ingin bekerja sama dengan Anda untuk mencapai tujuan ini," katanya.
Dutch King Willem-Alexander is welcomed by Indonesian President Joko Widodo at the Presidential Palace in Bogor on March 10, 2020.
Dutch King Willem-Alexander is welcomed by Indonesian President Joko Widodo at the Presidential Palace in Bogor on March 10, 2020. Source: Getty
Sementara itu, Jokowi menyatakan bahwa sejarah masa lalu memang tak dapat dihapus.

Namun, menurut dia, hal itu dapat menjadi pelajaran untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan menguntungkan.

"Saya ingin menyampaikan bahwa kita tentu tidak dapat menghapus sejarah. Namun, kita dapat belajar dari masa lalu. Kita jadikan pelajaran tersebut untuk meneguhkan komitmen membangun sebuah hubungan yang setara, saling menghormati, dan saling menguntungkan," demikian ucapan presiden Jokowi seperti yang dikutip oleh Kompas.

 

Reaksi terhadap permintaan maaf itu

Permintaan maaf tersebut dinilai sebagai suatu hal yang mengejutkan semua pihak.

Salah satu wartawan Kerajaan, Sander Paulus mengatakan awal pekan ini bahwa permintaan maaf seperti itu tidak mungkin.  "Raja hanya bisa melakukan itu jika seluruh pemerintah setuju, dan itu tidak terjadi.  
Apalagi pemerintah Indonesia tidak pernah meminta permohonan maaf," katanya kepada RTL Nieuws.

Beberapa sejarawan Belanda juga mengkritik permintaan maaf dari Raja Willem itu. 
Kunjungan mereka ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, yang menurut Kedutaan Belanda adalah untuk menghormati para korban perang kemerdekaan juga dipersoalkan.

Bahkan seorang sejarawan Belanda Marjolein van Pagee menyebutnya "munafik dan sangat memalukan".
Dutch King Willem Alexander was accompanied by Queen Maxima Zorreguieta Cerruti visit to Ereveld Menteng Pulo, Jakarta.
Dutch King Willem Alexander was accompanied by Queen Maxima Zorreguieta Cerruti visit to Ereveld Menteng Pulo, Jakarta. Source: Antara Foto/Hafids Mubarak
Anak cucu keluarga korban pembunuhan oleh tentara Belanda mengatakan mereka tidak puas dengan permintaan maaf tanpa memberikan ganti rugi.

Rusdi, aktivis Lidik Pro, yang mendampingi keluarga korban pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan mengatakan jika pemerintah Belanda mau memperbaiki keadaan, mereka seharusnya menyatakan secara terbuka bahwa orang-orang yang dibunuh oleh tentara Belanda adalah pahlawan, bukan pemberontak. 
"Dengan itu, hati anak-cucu para korban akan terobati," ujarnya kepada BBC.


Share
Published 11 March 2020 3:39pm
Updated 11 March 2020 3:59pm
By SBS Indonesian
Source: Reuters, BBC, SBS


Share this with family and friends