Korban Gempa dan tsunami dimakamkan di kuburan masal

Jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawaesi Tengah terus meningkat, dan merupakan tugas yang menyedihkan untuk mengubur para korban.

Relawan mulai menguburkan mayat di kuburan massal yang dapat menampung lebih dari seribu orang korban gempa-tsunami yang menghancurkan Palu di wilayah Sulawesi dan menyebabkan pihak berwenang berjuang untuk menangani skala bencana itu.

Indonesia tidak asing lagi dengan bencana alam dan Jakarta berusaha menunjukkan kemampuannya untuk menghadapi bencana yang telah menewaskan sedikitnya 844 orang dan menyebabkan pengungsian sekitar lebih dari 48.000 orang.

Empat hari setelah kejadian gempa itu, beberapa daerah terpencil baru dapat dihubungi, obat-obatan mulai habis dan para penyelamat berjuang dengan kekurangan peralatan berat untuk mencoba mencapai korban yang dengan putus asa menyerukan permintaan tolongnya dari timbunan reruntuhan bangunan.

Presiden Joko Widodo membuka pintu bagi puluhan lembaga bantuan internasional dan LSM yang bersedia untuk memberikan bantuan penyelamatan jiwa.

"Tadi malam, Presiden@jokowi memberi kami wewenang untuk menerima bantuan internasional untuk tanggap bencana yang mendesak," kata pejabat senior pemerintah, Tom Lembong, di Twitter, Senin.

 

Para pejabat mengkhawatirkan jumlah korban akan meningkat tajam dalam beberapa hari mendatang dan bersiap untuk yang terburuk, dan menyatakan keadaan darurat selama 14 hari.

Di Poboya - di perbukitan di atas kota Palu di pinggir pantai - para sukarelawan mulai mengisi kuburan yang luas dengan jasad korban yang tewas, dengan instruksi untuk mempersiapkan pemakaman 1.300 korban.

Pihak berwenang berusaha keras untuk mencegah perebakan wabah penyakit yang disebabkan oleh tubuh yang membusuk, dimana sekarang sudah penuh dengan belatung.
ae24e025-50c8-465e-a120-38deea5ecb40
Members of the Indonesian Red Cross search for bodies in a collapsed house at Talise beach in Palu. AAP

 

Tiga truk tiba ditumpuk dengan mayat yang dibungkus dengan tas berwarna oranye, kuning dan hitam, seorang reporter AFP di tempat melihat kejadian itu.

Satu demi satu mereka diangkut ke kuburan dan mesin berat ekskavator menimbunkan tanah di atasnya.

Lahan gersang

Di Balaroa, pinggiran kota Palu yang dulunya merupakan kompleks perumahan, terlihat skala kerusakan bencana itu. 

Tanah kosong dengan pohon-pohon yang tumbang, serpihan beton, atap besi yang bengkok, kusen pintu dan perabotan yang hancur membentang di kejauhan.

Sekelompok orang yang kebingungan melintasi reruntuhan itu, tidak tahu di mana atau bagaimana cara menggalinya. Di antara mereka ada tiga pria yang mencari adik laki-laki mereka.

Tim penyelamat berlomba melawan waktu dan kurangnya peralatan untuk menyelamatkan mereka yang masih terperangkap di reruntuhan, dengan hingga 60 orang dikhawatirkan berada di bawah satu hotel Palu.


Read more



 

Dua orang telah diselamatkan dari Hotel Roa-Roa yang berkamar 80, oleh lembaga pencarian dan penyelamatan Indonesia dan mungkin ada lagi korban yang masih hidup.

Penyintas yang putus asa beralih ke penjarahan toko untuk hal-hal mendasar seperti makanan, air dan bahan bakar sementara polisi hanya mengawasi mereka, tidak mau atau tidak dapat campur tangan.

"Tidak ada bantuan, kami perlu makan. Kami tidak punya pilihan lain, kami harus mendapatkan makanan," kata seorang pria di Palu kepada AFP sambil mengisi keranjang dengan barang-barang dari toko terdekat.

Sementara itu, pejabat pemerintah mengatakan sekitar 1.200 narapidana melarikan diri dari tiga penjara di wilayah tersebut.

"Saya yakin mereka lolos karena mereka khawatir mereka akan terkena dampak gempa. Ini pasti masalah hidup dan mati bagi para tahanan," kata pejabat Kementerian Kehakiman, Sri Puguh Utami.
cadb4ba7-610c-4b64-b58c-8eadf1463209
Survivors line up at a service station to get gasoline in Palu.  AFP


 
Banyak orang yang selamat menghabiskan hari-hari terakhir dengan mencari orang-orang terkasih saat menghadapi trauma bencana.

Salah satu orang yang selamat, Adi, sedang memeluk istrinya di tepi pantai ketika tsunami melanda pada hari Jumat. Dia tidak tahu di mana istrinya sekarang, atau apakah dia masih hidup.

"Ketika ombak datang, saya kehilangan dia," katanya. "Saya terseret sekitar 50 meter. Saya tidak bisa menahan apa pun," katanya.

Yang lain telah memusatkan pencarian mereka untuk orang-orang yang dicintai di sekitar kamar mayat udara terbuka, di mana jasad dibaringkan di bawah terik matahari - menunggu untuk diklaim, menunggu untuk disebutkan namanya.
Di tempat lain, gambarnya bahkan kurang jelas.

Metro TV Indonesia menyiarkan rekaman udara dari pinggiran selatan Petobo, di mana kehancuran tampak luas.
Menurut perkiraan pemerintah, sekitar 700 orang tewas di sana saja, dengan sebagian besar dari 1.747 rumah hancur.

"Kami tidak tahu berapa banyak korban di kompleks itu," kata Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara badan bencana nasional.
 
Source: AFP - SBS

Share
Published 1 October 2018 10:31pm
By SBS News
Source: SBS


Share this with family and friends