'Ini Bumi, Bukan Mars'. Warna langit merah darah di Indonesia

Fenomena ini, dikenal sebagai Hamburan Rayleigh, umumnya terlihat setelah kebakaran dan letusan gunung berapi.

The blood red sky over Jambi province.

The blood red sky over Jambi province. Source: Facebook/Eka Eulandari

Langit di sebuah provinsi di Indonesia berubah menjadi merah darah akhir pekan lalu ketika kebakaran hutan terus terjadi di seluruh negera dan menyebabkan tingkat kualitas udara merosot.

Kabut yang mengerikan muncul di provinsi Jambi, di Sumatra tengah, menyebabkan penduduk membandingkan Bumi dengan Mars.

"Ini bukan Bumi. Ini bukan di luar angkasa," tulis satu orang di Twitter, di samping video langit.

"Kita manusia membutuhkan udara bersih, bukan asap."

Helen Reid dari Biro Meteorologi Australia mengatakan kepada SBS News, bukan hal yang aneh jika langit tampak merah setelah kebakaran dan letusan gunung berapi, terutama saat matahari terbit dan terbenam. Fenomena ini dikenal sebagai Hamburan Rayleigh.

"Partikulat di atmosfer menyebarkan sinar matahari dengan cara tertentu sehingga menciptakan penampilan yang jauh lebih merah," katanya.

"Cukup sering Anda akan memiliki warna kemerahan saat matahari terbit atau terbenam, terutama matahari terbenam, karena banyak asap atau polusi di atmosfer dan itu dapat menciptakan efek yang sama. Hanya saja lebih jelas ketika Anda mendapat asap tambahan dari semak-semak. "

 

Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS), sebuah organisasi Uni Eropa yang menyediakan informasi tentang polusi udara dan kesehatan, mengatakan kualitas udara sebagai akibat dari kebakaran itu sama buruknya dengan selama kebakaran tahun 2015, yang menyebabkan krisis polusi udara di seluruh AsiaTenggara. .

"Asap dari kebakaran itu mencemari udara di Malaysia dan negara-negara tetangga, mengancam kesehatan penduduk setempat serta hutan alam dan margasatwa," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

"Dipercaya bahwa kebakaran dimulai dengan sengaja untuk membuka lahan untuk pertanian, khususnya untuk kertas dan minyak kelapa sawit."

Ilmuwan senior CAMS, Mark Parrington, mengatakan jelas bahwa kebakaran hutan "tidak biasa" dan menyebabkan kekhawatiran yang signifikan karena pelepasan karbon ke atmosfer.

"Tingkat polusi yang sangat tinggi dan persisten di Indonesia dan benua Maritim yang diramalkan dan dipantau CAMS tidak diragukan lagi merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, flora dan fauna," katanya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, Doni Monardo, mengatakan 99 persen kebakaran disebabkan oleh aktivitas manusia, sebagian besar untuk membuka lahan untuk pertanian.

"Pemerintah pusat siap membantu dan mendukung upaya pemadaman," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Kabut tebal, yang disebabkan oleh kebakaran, telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara dan memicu ketegangan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara tetangganya, Malaysia dan Singapura. Sementara kebakaran hutan adalah masalah tahunan, situasi tahun ini diperburuk oleh cuaca yang lebih kering.

 

READ MORE
1x1




 


 Pekan lalu, pihak berwenang Indonesia mengatakan mereka telah menangkap 185 orang yang dicurigai terlibat dalam kebakaran hutan.

"Polisi Indonesia akan menegakkan hukum terhadap siapa pun yang terbukti telah melakukan pembakaran hutan dan lahan, apakah itu dilakukan dengan sengaja atau karena kelalaian," kata juru bicara Kepolisian Nasional Dedi Prasetyo.

"Ini adalah pilihan terakhir. Yang paling penting adalah pencegahan."


 

 

 


Share
Published 24 September 2019 12:08pm
Updated 12 August 2022 3:22pm
By Maani Truu, SBS News
Source: SBS


Share this with family and friends