Masihkah Mengkonsumsi Kelelawar ditengah Wabah Virus Corona?

Berita tentang wabah virus corona, yang salah satunya disebut disebarkan melalui kelelawar, ikut mempengaruhi penjualan hidangan kelelawar khas Minahasa, paniki.

Cooking paniki (fruit bat).

Cooking paniki (fruit bat). Source: Wikimedia Commons/mattjlc/CC BY 2.0

Sejumlah rumah makan di kota Manado di Sulawesi Utara diberitakan menghentikan penjualan hidangan kelelawar masak santan yang khas untuk daerah itu, paniki.

Langkah ini diambil menyusul berita bahwa penyebaran virus corona diduga berasal dari kelelawar.

Nicolina Pelealu, salah satu pemilik rumah makan menu Minahasa yang menyajikan menu kelelawar mengaku langsung menarik semua menu tersebut dari empat cabang rumah makan miliknya di Manado karena tidak ingin mengambil risiko.

"Bukan persoalan ada virus atau tidak, takutnya karena persaingan usaha, kemudian tiba-tiba ada hal yang dibuat-buat untuk menjatuhkan nama rumah makan, karena kami masih menjual menu paniki (kelelawar), ujarnya seperti dikutip oleh Kumparan.com. "Jadi, saya putuskan menarik semua menu makanan tersebut."
Paniki (Fruit Bat) meat cooked in spicy Rica green chilli pepper. An exotic Manado (Minahasan) dish. Manado, North Sulawesi, Indonesia.
Paniki (Fruit Bat) meat cooked in spicy Rica green chilli pepper. An exotic Manado (Minahasan) dish in North Sulawesi, Indonesia. Source: Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata/CC BY-SA 3.0
Sementara itu sebelumnya, pemerintah kota Tomohon - kota besar di sebelah Selatan Manado - dilaporkan tidak melarang berlanjutnya penjualan daging kelelawar meski mereka memberikan himbauan. 

"Yang kami lakukan adalah memberikan imbauan agar mengurangi sampai meniadakan untuk sementara penjualan hewan-hewan yang disebut sebagai penyebab virus corona," ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Daerah, Kota Tomohon, Ruddy A. Lengkong .

Pemkot mengatakan bahwa pihaknya akan sulit melarang perdagangan kelelawar ini karena penjualan kelelawar telah dilakukan jauh sebelum merebaknya virus ini, dan sejauh ini belum ditemukan kasus positif virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait virus corona yang berasal dari China. Virus yang memiliki gejala mirip dengan flu ini disebut berawal dari perdagangan binatang liar di China, termasuk kelelawar.

"Saya 90% yakin ini merupakan virus yang dibawa oleh kelelawar," ungkap Linfa Wang, kepala program penyakit menular baru di Duke-National University, Singapore Medical School, seperti dilaporkan oleh Bloomberg.

Salah satu koleganya di Wuhan Institute of Virology menemukan bahwa virus corona yang baru ini  dari provinsi Yunnan di sebelah Selatan China.

Share
Published 5 February 2020 10:45am
Updated 5 February 2020 2:59pm
By Tia Ardha


Share this with family and friends