Pengungsi Rohingya Ini Lari dari Perang di Desanya Sepuluh Tahun Lalu. Kini, Nasibnya Masih Belum Jelas

INDONESIA ROHINGYA PROTEST

Rohingya refugees in Medan, Indonesia urge the UNHCR to resettle them to the third countries such as Australia, New Zealand and the USA (21/3/2013). Source: EPA / DEDI SAHPUTRA/EPA/AAP

Ini cerita salah satu pengungsi Rohingya dari Myanmar yang meninggalkan desanya sejak sepuluh tahun lalu, tapi hingga kini belum juga ditempatkan di negara baru.


Sejumlah aksi protes mewarnai Hari Pengungsi Dunia, 20 Juni 2023 di berbagai kota di Indonesia, seperti Palembang, Medan, Makassar, Batam hingga Aceh.

Para pengungsi itu telah berada di penampungan di kota-kota itu selama beberapa tahun.

Sebagai pengungsi mereka tidak bisa bekerja, dan tidak memiliki identitas. Untuk hidup, mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan organisasi internasional.

Untuk memahami bagaimana kondisi pengungsi, dan mengapa mereka sering menggelar protes, wawancara kali ini bersama Nur Alom, pengungsi Rohingnya dari Myanmar yang sudah lari dari desanya sejak 2013.

Sejak itu dia berpindah-pindah mulai Thailand, Malaysia hingga kini berada di Medan. Dia juga sempat berpisah dengan istri dan anak-anaknya.

Dari Nur Alom kita akan bisa memahami bagaimana kondisi psikologis mereka, yang didera banyak persoalan. Tidak bisa bekerja, punya tanggungan anak dan istri, kesulitan sekolah dan akses layanan lain, namun juga tidak bisa dipindah ke negara tujuan, seperti Australia atau Amerika.



Dengarkan 
setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di 
dan jangan lewatkan kami.

Share