Feature

Putri duyung di Pantai Bali penuh sampah: 'Korporasi harus berhenti membuat plastik'

Seorang pecinta lingkungan berpose dengan kostum putri duyung di pantai Kuta yang penuh sampah untuk menyampaikan pesan kepada korporasi untuk berhenti membuat plastik yang mencemari lingkungan.

Bali beach

Ocean advocate Laura in Waterland posed in Kuta Beach, Bali to send message to big corporations to stop manufacturing plastics that pollute the environment. Source: Wayan Suyadnya

Seorang pecinta lingkungan asal Belgia merilis fotonya berkostum putri duyung di tengah sampah yang bertebaran di Pantai Kuta Bali sebagai kampanye untuk mendesak korporasi berhenti memproduksi sampah plastik yang mencemari lautan dan lingkungan.

Laura yang dikenal sebagai Laura in the Waterland berada di Pantai Kuta yang tengah dijejali sampah kiriman yang merupakan fenomena rutin setiap awal musim penghujan.

Pengambilan foto itu dilakukan oleh fotografer Wayan Suyadnya asal Canggu, Kabupaten Badung, Bali.
"Tujuan dari foto ini adalah untuk menarik perhatian orang terhadap masalah ini dan membuat mereka berpikir tentang pemakaian plastik mereka, dan juga mendesak korporasi yang sebenarnya berada di balik krisis plastik ini," kata Laura kepada Alfred Ginting dari SBS Indonesian.

"Saya menjadi marah karena narasi seputar tanggung jawab atas masalah ini bergeser ke arah tanggung jawab orang sebagai individu sementara yang bertanggung jawab semakin kaya di menara kantor di penjuru dunia."
Wayan Puja, kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupatan Badung menyatakan antara 30-60 ton sampah dikumpulkan dari pantai-pantai terkenal di Bali setiap harinya.

Sampah secara rutin terdampar di pantai-pantai di Bali di awal musim penghujan seperti saat ini, tapi Wayan Puja menyatakan kali ini lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya.
Police stand amongst rubbish washed up on Kuta Beach, Bali.
Police stand amongst rubbish washed up on Kuta beach on Indonesia's tourist island of Bali 31 December 2020. Source: AFP
"Ini akan terus terjadi sampai perusahaan berhenti membuat dan menjual benda yang kita pakai dalam beberapa menit, yang mencemari lautan dan lingkungan selama berabad-abad," sebut Laura di Instagram.

"Seharusnya bukan diserahkan kepada masyarakat untuk membersihkan sampah sampah ini... perusahaan harus mengambil langkah."

Laura menyebut beberapa perusahaan yang harus bertanggung jawab seperti Coca-cola, Danone, Le Minerale, Nestle, Pepsi, Unilever, Vit, dan Mondelez.

Lauran mengatakan pembersihan pantai dan daur ulang bukan solusi jangka panjang.

"Berhenti membuat sampah, dan tidak akan ada sampah. Korporasi harus mengambil langkah," sebut Laura.

"Dunia perlu Anda (perusahaan) untuk mendahulukan lingkungan daripada keserakahan."

Wayan Suyadnya mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya hampir semua instansi pemerintah dan swasta menurunkan personil untuk membantu pembersihan sampah.
"Tetapi tahun ini, kemungkinan karena pandemi, dilarang berkumpul banyak orang, sehingga sampai saat ini usaha pembersihan berjalan lambat," kata Wayan.

"Tahun lalu banyak sampah kayu. Kalau tahun ini didominasi sampah plastik."


Share
Published 5 January 2021 1:13am
By Alfred Ginting

Share this with family and friends