Para Ahli di Australia Meragukan Klaim Indonesia Bebas Virus Corona

Para ahli penyakit menular telah menantang klaim yang disampaikan oleh Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, yang menyebut bahwa mereka tidak memiliki kasus positif infeksi virus corona.

A passenger wearing a protective mask at Ngurah Rai International Airport in Bali, Indonesia.

A passenger wearing a protective mask at Ngurah Rai International Airport in Bali, Indonesia. Source: EPA

Para pakar penyakit menular Australia telah memperingatkan bahwa Indonesia berpotensi memiliki banyak kasus virus corona yang “tidak terdeteksi”, membantah klaim salah satu tetangga terdekat kita tersebut yang menyebutkan bahwa mereka .

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan negara itu tidak mencatat adanya kasus virus corona yang berpotensi mematikan, dan menambahkan bahwa 238 orang yang dievakuasi dari kota Wuhan di China belum menunjukkan gejala apa pun.

Tetapi sebuah studi baru dari Harvard University menemukan kurangnya kasus yang berhasil diidentifikasikan di Indonesia dan Kamboja, yang hanya memiliki satu kasus, lebih rendah dari yang diperkirakan.

Studi ini mendasarkan temuannya pada jumlah penumpang yang terbang dari pusat virus di Wuhan dan negara-negara sekitarnya dan juga mengutip hubungan pariwisata dan perdagangan antara Indonesia dan China.
Indonesia has so far recorded no outbreaks of the coronavirus, despite its close tourism and trade links with China.
Indonesia has so far recorded no outbreaks of the coronavirus, despite its close tourism and trade links with China. Source: EPA
Studi tersebut, yang belum ditinjau oleh para sejawat, mengatakan bahwa kurangnya kasus yang terkonfirmasi positif di Indonesia dapat "menyarankan adanya potensi untuk kasus yang tidak terdeteksi".

Sejak awal wabah di kota Wuhan di China pada Desember 2019, virus corona telah menyebar ke 25 negara.

Otoritas kesehatan mengatakan kini ada lebih dari 43.000 kasus positif di seluruh dunia, dengan jumlah kematian mencapai 1.000.
Diperkirakan ada dua juta turis asal China yang berlibur di Indonesia setiap tahunnya, dimana banyak dari mereka berada di hotspot liburan Australia di Bali, menurut Badan Statistik Indonesia.

Spesialis penyakit menular dari Australian National University, Profesor Sanjaya Senanayake, mengatakan kemungkinan ada kasus yang tidak terdeteksi diantara populasi nusantara yang luas berpenduduk sebanyak 264 juta tersebut, karena orang yang sakit hanya tinggal di rumah alih-alih pergi ke rumah sakit

"Mungkin itu masalahnya, bahwa mereka tidak mendeteksi adanya kasus virus corona, semuanya tergantung pada kemampuan layanan kesehatan untuk menyaring dan mendeteksi," ujarnya pada SBS News.

“Tapi, mungkin saja ada kasus yang belum mereka ketahui. Kita tahu banyak orang yang terinfeksi mungkin hanya memiliki infeksi yang sangat kecil dan mereka mungkin tidak pergi ke rumah sakit.

“Banyak dari hal ini yang tergantung pada pesan dari layanan kesehatan masyarakat dan bagaimana pesan ini dikomunikasikan. Di Australia misalnya... seseorang yang baru saja kembali dari Wuhan atau yang melakukan kontak dengan seseorang yang pernah dan sedang sakit, akan memahami risikonya karena pesan ini."

Profesor Senanayake mengatakan ada risiko dimana pihak otoritas bisa jadi gagal untuk mendeteksi infeksi virus corona di negara-negara dengan sistem kesehatan yang kurang berkembang atau "sudah meregang", seperti banyak negara Afrika.

"Kasus-kasus ini berpotensi tidak akan diketahui... ada beberapa negara yang tidak akan dapat mengidentifikasi setiap kasus karena sumber daya yang sudah meregang," ungkapnya.
Passengers wearing masks at Ngurah Rai International Airport in Bali. Millions of Chinese tourists flock to Bali each year.
Passengers wearing masks at Ngurah Rai International Airport in Bali. Millions of Chinese tourists flock to Bali each year. Source: EPA
Hingga saat ini, tidak ada kasus positif virus corona di Afrika.

Kepala Petugas Medis Australia Brendan Murphy mengatakan dirinya merasa tidak adanya kasus yang dilaporkan di Indonesia sebagai hal yang "sangat mengejutkan".

"Seharusnya ada alasan untuk khawatir. Mungkin ada kasus yang tidak terdeteksi," katanya kepada radio ABC pada hari Rabu.

Associate Professor Adam Kamradt-Scott dari Pusat Studi Keamanan Internasional di Sydney University, mengatakan ada peningkatan risiko bagi para wisatawan di Indonesia.

"Mengingat tingginya tingkat perjalanan antara China dan Indonesia, ada kemungkinan bahwa ada peredaran kasus yang tidak terdeteksi," Associate Professor, yang ahli dalam bidang penyebaran dan pengendalian penyakit menular, mengatakan kepada SBS News.

"Sistem kesehatan Indonesia tidaklah semaju yang dimiliki oleh Australia... ada beberapa negara di kawasan Asia Pasifik yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk melakukan pengawasan dalam skala ini, yangmana Indonesia merupakan salah satunya."

Tetapi Profesor Kamradt-Scott menekankan bahwa, sangat banyak, kematian terkait virus corona menimpa mereka yang berusia lebih dari 60, laki-laki, atau telah memiliki masalah kesehatan sebelumnya.

“Namun sebagian besar turis Australia yang menuju Bali berusia 20 atau 30-an hingga keluarga muda,” katanya.

"Jika memang ada kasus yang beredar, sementara Indonesia mengatakan sebaliknya, maka hal ini akan berdampak sangat buruk pada pemerintah Indonesia."

Otoritas kesehatan Indonesia telah meningkatkan , termasuk menghentikan penerbangan langsung antara China dan pulau liburan Bali, tetapi menyangkal mereka menyembunyikan sesuatu.
Chief Medical Officer Professor Brendan Murphy (right) and Health Minister Greg Hunt.
گریگ هنت، وزیر صحت (چپ) و داکتر برندن مورفی، مدیر ارشد صحی آسترالیا Source: AAP
"Kami memiliki peralatan untuk memeriksa virus corona dan sudah disertifikasi... Tidak ada yang disembunyikan," Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pada Chanel News Asia, setelah pertemuan kabinet pada hari Selasa.

Dalam pernyataan sebelumnya, dirinya mengatakan bahwa "semua (langkah) telah diambil untuk memastikan bahwa tidak ada wabah".


Tetangga terdekat Indonesia, termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, semuanya telah melaporkan adanya kasus virus corona tetapi pakar penularan dari Sydney University Profesor Mikhail Prokopenko mengatakan ada kemungkinan Indonesia selamat.

"Jika Anda melihat angka-angkanya, maka Australia mungkin lebih berbahaya daripada Indonesia," ujarnya.

Dirinya mempertanyakan studi dari Harvard University yang menunjukkan ada kasus yang tidak dilaporkan di Indonesia, mengatakan laporan itu hanya melihat data penerbangan dan tidak ikut memperhitungkan faktor-faktor lain seperti geografi, kepadatan populasi, dan suhu.

"Mungkin saja ada kasus yang tidak dilaporkan, tapi kita tidak punya bukti. Pada tahap ini, ini murni spekulasi, "ujar Profesor Prokopenko.

“Jangan lupa bahwa saat ini hampir 30 (derajat Celcius) di Indonesia, tidak seperti 5 derajat di, katakanlah, Jepang. Berada di sekitar garis khatulistiwa pada suhu panas ini dapat menjelaskan keberuntungan ini. Singapura, yang memiliki sekitar 50 kasus, di sisi lain, mungkin menjadi yang tidak beruntung.”
Indonesia ceased direct flights to mainland China after the virus outbreak.
Source: Getty Images
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan mendesak warga Australia yang menuju ke Indonesia untuk “sangat berhati-hati”, tetapi tidak memiliki peringatan khusus tentang virus corona bagi negara itu.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan pada konferensi pers di hari Rabu Australia telah mengkonfirmasi bahwa proses pengujian telah dilakukan di Indonesia dan bahwa Australia akan terus memberikan bantuan sesuai yang dibutuhkan.

Share
Published 13 February 2020 1:28pm
By Tyron Butson
Presented by SBS Indonesian
Source: SBS News


Share this with family and friends