WHO: Virus Corona merupakan 'Pandemi yang Terkendali' jika Semua Negara Berkomitmen

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan dirinya khawatir beberapa negara tidak merespon pandemi COVID-19 dengan "tingkat komitmen politik yang diperlukan guna mengendalikannya".

WHO chief Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO chief Tedros Adhanom Ghebreyesus. Source: AP

Wabah virus corona yang baru merupakan "pandemi yang dapat dikendalikan" jika negara-negara dunia meningkatkan langkah-langkah untuk menanganinya, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Kamis.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada hari Rabu mengakui bahwa wabah global dari virus corona yang baru ini kini dapat dianggap sebagai pandemi - penyakit yang secara aktif menyebar secara global.

Namun dia mengatakan kepada para diplomat di Jenewa bahwa penggambaran wabah itu sebagai pandemi seharusnya tidak berarti bahwa negara-negara dunia menyerah dalam menghentikan penyebarannya lebih lanjut.

"Ini adalah pandemi yang dapat dikendalikan," ujarnya, menurut pernyataan dalam pidatonya.

"Kami sangat prihatin bahwa beberapa negara tidak menanggapi ancaman ini dengan tingkat komitmen politik yang diperlukan untuk mengendalikannya.

"Gagasan bahwa negara-negara harus beralih dari pengurungan ke mitigasi adalah salah dan berbahaya," ia menekankan.
Lebih dari 4.500 orang telah meninggal, menurut penghitungan AFP, sementara WHO mengatakan sekitar 125.000 kasus telah dilaporkan dari 118 negara dan wilayah.

"Untuk menyelamatkan nyawa kita harus mengurangi penularan," kata Dr Tedros.

"Itu berarti menemukan dan mengisolasi sebanyak mungkin kasus dan mengkarantina kontak terdekat mereka," katanya, mendesak negara-negara untuk menguji setiap kasus yang dicurigai sebagai COVID-19 dalam upaya memperlambat penularan.

"Bahkan jika Anda tidak dapat menghentikan penularannya, Anda dapat memperlambatnya dan melindungi fasilitas kesehatan, rumah-rumah jompo dan area vital lainnya - tetapi hanya jika Anda menguji semua kasus yang dicurigai."
Sebagian besar kasus terjadi di Cina, dimana wabah muncul pada bulan Desember, tetapi hotspot besar juga muncul di Korea Selatan, Iran dan Italia.

Digabungkan, keempat negara tersebut menyumbang lebih dari 90 persen dari semua kasus yang dilaporkan, menurut WHO.

'Pengawasan yang ketat'

Pandemi ini telah mengganggu acara-acara budaya dan olahraga di seluruh dunia karena pihak berwenang berusaha mencegah adanya perkumpulan dalam jumlah besar.

Dr Tedros mengatakan negara-negara perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara melindungi kesehatan dan mencegah gangguan sosial dan ekonomi.

Namun, "pengurungan" tetap diperlukan sebagai pilar utama dalam rencana apa pun guna mengatasi penyebaran, katanya.

"Anda tidak bisa melawan virus jika tidak tahu di mana virus itu berada. Itu berarti pengawasan yang ketat untuk menemukan, mengisolasi, menguji dan mengobati setiap kasus, guna memutus rantai penularan."
Dr Tedros mendesak negara-negara yang tidak terkena dampak untuk mempersiapkan fasilitas kesehatan mereka dan mendesak semua negara untuk berinovasi dan berbagi cara baru untuk mencegah infeksi dan meminimalkan dampak wabah.

Lebih dari $ 686 juta AUD (390 juta euro) telah dijanjikan untuk rencana kesiapsiagaan dan respon strategis WHO, tambahnya.


Share
Published 13 March 2020 11:58am
Presented by SBS Indonesian
Source: AFP, SBS


Share this with family and friends