Para pengunjuk rasa di provinsi paling Timur Indonesia di Papua membakar roda dan gedung DPRD setelah demonstrasi menentang penahanan baru-baru ini atas sejumlah siswa asal Papua.
Sebuah gerakan separatis telah mendidih selama beberapa dekade di Papua, sementara juga sering ada keluhan pelanggaran hak oleh pasukan keamanan Indonesia.Percikan kemarahan terakhir tampaknya adalah penahanan sejumlah siswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, karena menekuk tiang bendera selama perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.
A burnt bus sits outside the parliament building during the protest. Source: EPA
Polisi menembakkan gas air mata sebelum menangkap 43 orang, dengan petugas menyebut para pelajar itu "monyet" selama operasi, ungkap salah satu aktivis Albert Mungguar pada saat konferensi pers pada hari Minggu.
Pada Senin pagi, pengunjuk rasa Papua membakar sebuah gedung DPRD dan memblokir jalan-jalan di ibu kota provinsi Papua Barat, Manokwari, dengan membakar roda-roda dan cabang-cabang pohon, ujar Wakil Gubernur Mohamad Lakotani.
Tayangan televisi menunjukkan satu kelompok terdiri dari sekitar 150 orang berbaris di jalanan di Manokwari, dan juga rekaman asap mengepul dari gedung parlemen.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan warga Papua marah karena "kata-kata yang sangat rasis [yang dilontarkan] oleh orang-orang Jawa Timur, polisi dan militer", katanya kepada stasiun TVone.
Juru bicara kepolisian nasional Dedi Prasetyo mengatakan personil keamanan berusaha menenangkan situasi.
Demo secara damai dan terpisah dari sekitar 500 orang juga dilakukan di kota Jayapura, ibu kota provinsi Papua, kata juru bicara kepolisian Papua Ahmad Kamal melalui telepon.