Virus Corona: Larangan Bepergian yang Diperpanjang Memicu Masalah Pariwisata dan Diskriminasi

Keputusan pemerintah federal untuk memperpanjang larangan bepergian telah mendapatkan kritikan dari beberapa sektor.

People wearing protective face masks to protect themselves from coronavirus are seen at Brisbane International Airport.

People wearing protective face masks to protect themselves from coronavirus are seen at Brisbane International Airport. Source: AAP

Sejumlah kelompok lobi membalas keputusan pemerintah federal untuk memperpanjang larangan bepergian terkait virus corona, karena takut akan meningkatnya dampak ekonomi bagi negeri ini.

Sejak hari Jumat, warga negara asing yang sebelumnya berada di daratan China tidak akan diijinkan memasuki Australia selama 14 hari sejak mereka meninggalkan daerah tersebut.

Kedutaan China mengatakan larangan ini "ekstrem" dan seharusnya dicabut, mengingat Organisasi Kesehatan Dunia belum merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan di China.
Passengers wear protective masks on arrival at Sydney International Airport.
Passengers wear protective masks on arrival at Sydney International Airport. Source: AAP
"Kami menyampaikan penyesalan dan ketidakpuasan kami yang dalam terkait pengumuman dari pemerintah Australia," ungkap juru bicara melalui sebuah pernyataan.

Wakil kepala petugas medis Australia Paul Kelly mengakui langkah ini sebagai keputusan besar.

"Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dianggap enteng. Kami pikir ini adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan," katanya kepada Sky News.

Tetapi kepala eksekutif Forum Pariwisata dan Transportasi Margy Osmond mengatakan larangan ini merupakan pukulan bagi industri pariwisata, dimana pasar China membawa sekitar $ 700 juta untuk Australia setiap minggunya.
Tourism and Transport Forum chief executive Magy Osmond
Tourism and Transport Forum chief executive Magy Osmond. Source: AAP
"Kita perlu mendukung hubungan dengan China dan bersedia serta cukup fleksibel untuk bertindak segera setelah larangan itu dicabut untuk menarik pengunjung China kembali ke Australia," kata Osmond dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

National Union of Students (NUS) juga mengecam keras larangan itu, dengan mengatakan langkah ini mendiskriminasi pelajar internasional.

Presiden nasional NUS Molly Millmott mengatakan hingga 56 persen siswa internasional asal China yang terdaftar di sekolah di Australia tetap terdampar di luar negeri menunggu untuk kembali ke negeri ini.
"NUS menyatakan bahwa larangan ini didasarkan pada masalah rasial yang mendiskriminasi siswa internasional, tetapi juga tidak dapat menjelaskan banyak konsekuensi yang kemungkinan akan berdampak pada ruang pendidikan tinggi Australia dan kesejahteraan badan siswa," kata Willmott. dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

Tidak ada warga Australia yang dikarantina di Christmas Island dan Darwin yang dinyatakan positif mengidap virus ini, dimana kelompok pertama dari pengungsi akan dipulangkan pada hari Senin

Australian Border Force mengeluarkan pernyataan pada hari Jumat malam.

"ABF saat ini membuat pengaturan untuk memindahkan mereka yang telah dikarantina di Christmas Island begitu mereka telah diijinkan secara medis," kata juru bicara ABF kepada AAP.

"Pemerintah akan terus memberikan pembaruan rutin jika diperlukan."

Dari 15 kasus virus corona di Australia, enam telah dinyatakan sehat dan sembilan sisanya dalam keadaan stabil.

Share
Published 17 February 2020 10:00am
Presented by SBS Indonesian
Source: SBS


Share this with family and friends