Radiasi Ditemukan di Komplek Perumahan Dekat Jakarta, Warga Diminta Tenang

Otoritas nuklir Indonesia mengatakan mereka akan menyelidiki kontaminasi radioaktif dari sebidang tanah di sebuah kompleks perumahan di luar Jakarta, dan meminta agar warga ketenangan.

A Radioactive Warning Sign

Source: Getty Images/Caspar Benson

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengeluarkan pernyataan pada hari Jumat meminta penduduk untuk menjauh dari sebidang tanah di Serpong, 43 km selatan Jakarta, karena terkontaminasi. Media lokal mengatakan tanah itu terletak di sebelah lapangan bola voli.

Bapeten mengatakan telah menemukan peningkatan kadar isotop radioaktif Cesium-137 dalam tes rutin untuk radioaktivitas di daerah itu pada akhir bulan lalu, menyebabkan kekhawatiran diantara beberapa penduduk setempat dan menimbulkan pertanyaan tentang sumbernya.

Tingkat radiasi berada pada 680 microSv per jam ketika pertama kali ditemukan bulan lalu, dibandingkan dengan batas normal 0,03 microSv per jam, ungkap juru bicara Bapeten Abdul Qohhar pada Reuters, hari Senin.

"Kami akan menyelidiki sumber kontaminasi," kata Qohhar, menambahkan bahwa penduduk tidak perlu panik tentang level saat ini.
Paparan eksternal terhadap sejumlah besar Cesium-137 dapat menyebabkan luka bakar, penyakit terkait radiasi dan bahkan kematian dalam beberapa kasus. Hal ini juga meningkatkan risiko kanker.

"Saat ini... kami berfokus pada pembersihan sehingga ketika warga melakukan aktivitas mereka, mereka tidak terpapar radiasi luar biasa," kata Qohhar, seraya menambahkan bahwa sembilan penduduk akan diperiksa untuk mengetahui apakah ada paparan radioaktif.

Qohhar mengatakan bahwa tingkat radiasi telah turun selama akhir pekan karena proses dekontaminasi yang dilakukan oleh Bapeten, yang mencakup pembuangan tanah dan penebangan tanaman.

Bapeten mengatakan pihaknya telah secara rutin memeriksa tingkat radioaktivitas di daerah tersebut sejak 2013.

Djarot Sulistio Wisnubroto, seorang peneliti di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), mengatakan dampaknya seharusnya tidak berbahaya bagi penduduk dan levelnya sekarang telah turun menjadi 20-30 microSv per jam.
Indonesia tidak memiliki industri tenaga nuklir aktif, tetapi sebuah reaktor yang digunakan untuk penelitian berjarak sekitar 3 km dari lokasi kontaminasi.

Agus Budhie Wijatna, seorang peneliti ilmu nuklir di Universitas Gadjah Mada, mengatakan dirinya berpikir bahwa tidak mungkin kontaminasi ini berasal dari reaktor terdekat, karena secara rutin diperiksa.

"Kepolisian seharusnya segera menyelidiki pihak yang terlibat dengan limbah," ujarnya, menambahkan ada kemungkinan temuan ini berasal dari penggunaan industri.

Juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika, mendesak lembaga-lembaga nuklir untuk melakukan penyelidikan yang menyeluruh.

"Kejadian ini adalah preseden buruk bagi pemerintah dan Badan Tenaga Nuklir Indonesia (Batan), yang gagal menjaga keselamatan publik dari bahaya limbah radioaktif," ujarnya.

Share
Published 18 February 2020 3:38pm
Updated 19 February 2020 8:25am
By Agustinus Beo Da Costa
Presented by SBS Indonesian
Source: Reuters, SBS

Share this with family and friends